This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Tampilkan postingan dengan label Makalah Semester1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Makalah Semester1. Tampilkan semua postingan

Jumat, 10 Juni 2011

Pengembangan Sumber Daya Manusia


TUGAS
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

Tugas Ini Di Buat Untuk Mengganti Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pengembangan Sumber Daya Manusia

Dosen : Dr. Sugeng Bayu Wahyono, M.Si

                                            

Disusun oleh

UMI MASITOH
10105241036


TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

A/2010

  1. Ringkasan teori dan pokok pikiran dalam bukunya Riwanto Tirtosudarmo Bab yang mengupas tentang SDM di Indonesia

Pembangunan suatu Negara tidak akan lepas dari pengaruh warga negaranya yang dalam hal ini adalah Sumber Daya Manusia. Mereka memiliki banyak kekurangan maupun kelebihan. Manusia dianggap titik sentral dari semua pembangunan dan menjadi subyek dari berbagai masalah yang ada dan menjalani semua segi kahidupan. Memandang manusia sebagai pelaku utama maupun tujuan, menjadikan manusia sebagai konsep yang kompleks dan bersifat multidimensional.
Selain bersifat “one dimensional perception” lahirnya konsep sumber daya manusia juga berdasarkan konteks sejarahnya. Konsep ini ternyata muncul dalam diskursus tentang manusia khususnya dalam diskursus tentang pembangunan. Terdapat tiga hal penting yang dikupas dalam bukunya Riwanto Tirtosudarmo, yaitu:
a. Pelacakan secara garis besar konteks kesejarahan yang melatarbelakangi munculnya teori dan konsepsi yang kemudian dipandang sebagai perspektif sumber daya manusia.Pembahasan ini juga terkait persoalan masuknya perspektif ini dalam khasanah diskursus pembangunan di Indonesia.
b.Masuknya prspektif sumber daya manusia ke Indonesia tidak mudah terlepas dari konteks politik yang saat itu berlangsung dan berkembang dan berkembang di Indonesia, terutama bagaimana rezim Orde Baru Soeharto yang karena kontradiksi – kontradiksi internal yang dimilikinya selalu berada dalam situasi mencari legitimasi – legitimasi akademis baru untuk mempertahankan pendapat maupun strategi pembangunannya, dengan mempertimbangkan berbagai perubahan, baik tingkt nasional maupun global.
c. Pemaparan relevansi persoalan sumber daya manusia setelah rezim Soeharto-Orde Baru berubah menjadi rezim reformasi pasca-Soeharto sejak tahun 1998 hingga sekarang.Demokratisai, transparansi, dan otonomi daerah merupakan beberapa aspek dari paradigma politik yang baru saja mengaharuskan kita secara kritis menempatkan perspektif sumber daya manusia dalam konteks sejarah yang baru
Masalah teori dan konsep sumber daya manusia berawal dari persoalan – persoalan, diantaranya pengalihbahasaan terminology dan istilah – istilah dari bahasa aslinya(umumnya inggris) ke bahasa Indonesia. Istilah sumber daya manusia merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris human resources. Human resources merupakan sebuah konsep generic yang berasal dari konsep human capital, yang dipoulerkan oleh dua orang ahli ekonomi Amerika Serikat, Garry Becker dan Theodore Schutz. Konsep ini dilahirkan dari penelitian yang dilakukan di negeri barat yang keberhasilan pertumbuhan ekonominya, antara lain diperlihatkan dari meningkatnya pendapatan pekerjanya yang juga merupakan dampak dari kemajuan pendidikan penduduknnya. Sehingga muncul pendapat bahwa untuk memajukan perekonomian perlu dilakukan investasi dalam bidang pendidikan, sebagai investasi dalam sumber daya manusia.
Menurut Theodore Schutz pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill) merupakan bentuk dari capital dan capital ini merupakan produk atau hasil dari investasi yang dilakukan (deliberate investment).Schutz mencontohkan warga Negara barat yang mengalami peningkatan produksi nasionalnya sebagai dampak dari investasi mereka pada human capital. Dia juga memperlihatakan adanya kaitan langsung antara investasi pada human capital dengan kenbaikan gaji pekerja. Masyarakat seharusnya melakukan investasi dalam human capital untuk menciptakan ekonomi yang produktif dan untuk memperluas pilihan bagi penduduk.Namun teori ini mendapat kritikankarena dianggap hanya mementingkan kepentingan mereka yang berkuasa, baik pemerintah maupun pengusaha dan tidak memihak pada masyarakat.
Salah satu isu dalam teori schutzadalah persoalan menempatkan tanggung jawab pada individu untuk menjadiakn dirinya educated, memperoleh pengetahuan dan mengubah dirinya menjadi anggota masyarakat yang produktif.Teori ini menyiratkan bahwa kegagalan individu  menjadikan dirinya sebagai anggota masyarakat yang produktif merupakan kesalahan dan tanggung jawabnya sendiri sebagai individu, dan bukan karena sistem yang berlaku. Ini merupakan beban yang berat karena untuk kebanyakan orang ketidakmampuan memperoleh pekerjaan sesungguhnya berada di luar control mereka.Sehingga pada akhirnya pengetahuan dan keterampilan dari pendidikan dianggap sesuatu yang tidak penting.
Tokoh lain yang menyumbangkan teori mengenai sumber daya manusia adalah Garry S. Becker . Sejak awal tahun 1960an Beckeryang menggeluti isu human capital bersama Schutz kemudian melahirkan tesis “Pendidikan sebagai Investasi”. Mereka berpendapat bahwa pendidikan yang ditambahkan pada human capital sama halnya dengan investasi umumnya terhadap physical capital. Becker mengaplikasikan pendekatan ekonomi dalam menerangkan keputusan untuk memiliki anak dan mendidik mereka, disamping keputusan untuk menikah dan bercerai.Sehingga pembicaraan tentang human capital selalu diwarnai pengaruh keluarga tentang pengetahuan, kepribadian, nilai-nilai, keahlian, dan kebiasaan dari anak-anak. Orang tua mempengaruhi pencapaian pendidikan, perubahan aspek kejiwaan, kestabilan perkawinan, aktifitas sehari – hari dan berbagai dimensi lain dari hidup anak – anaknya.
Teori human capital hanya menekankan tanggung jawab pada individu dan mengabaikan bekerjanya factor-faktor social dan politik yang justru sangat menentukan apakah sesorang individu memiliki kesempatan untuk memasuki lembaga pendidikan yang baik. Persoalan ini menjadi lebih serius ketika pendidiakn mulai diserahkan pada pasar untuk bersaing. Ini membuat kemudahan tersendiri bagi mereka yang dari kalangan atas untuk memasuki lembaga pendidikan yang berkualitas.Dan bisa dipastikan masyarakat yang miskin akan tetap miskin karena tidak mampu membayar pendidikan yang semakin mahal.
Kritik inilah yang melatarbelakangi munculnya teori Human Development. Pergeseran Human capital ke human development mencerminkan adanya kesadaran bahwa tanggungjawab pada akhirnya tidak sepenuhnya dibebankan pada individu, melainkan pada masyarakat dan Negara.
Human Development merupakan sebuah lingkungan tempat orang atau penduduk dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara penuh, menjadikan hidup mereka produktif dan kreatif sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Kemampuan yang paling mendasar bagi “pembangunan manusia” adalah panjang umur dan sehat, sesuatu yang menjadikannya berpengetahuan, memiliki akses tehadap sumber – sumber yang dibutuhkan untuk hidup layak sehingga mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.Menekankan arti penting dari human wellbeing sebagai tujuan, sebagi goal, dari pembangunan. Dalam meraih hal tersebut human development dianggap memiliki visi yang sama dengan human rights. Tujuan akhir yang ingin dicapai pada hakikatnya adalah human freedom. Manusia harus memiliki kebebasan untuk memilih pilihan dan ikut berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan pada hidupnya. Sehingga human development dan human rights saling bekerja sama dan memperkuat satu sama lain.
Kelahiran baru dan pendekatan baru dalam dunia ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu-ilmu social dan kemanusiaan memiliki konteks social dan politik yang berlangsung di dalamnya.Ilmu social dan kemanusiaan berusaha memahami manusia  itu sendiri baik sebagai individu maupun sebagai kelompok atau group.Yang termasuk daalm disiplin ilmu social ini antara lain, antropologi, sosiologi, psikologi, demigrafi, sejarah, polotik, ekonomi dan hukum. Dalam konteks studi Indonesia, perdebatan tentang bagaimana Negara memandang dan memperlakukan manusia sebagai capital telah berlangsung sejak zaman colonial-khususnya sejak diterapkannya sistem tanam paksa.Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara peran ilmu ilmu  social yang mengonstruksi “Indonesia” dan “penduduk Indonesia”. Posisi penduduk sesungguhnya tidak berubah, yakni tetap subyek yang memiliki kedaulatan, tetapi terbatas.
Diskursus tentang penduduk umumnya dilakukan oleh cabang ilmu pengetahuan yang bernama demografi(demography). Demografi secara konvensional dibedakan menjadi dua yaitu demografi tekhnik dan demografi social. Demografi teknik mepelajari pengukuran penduduk (aplikasi matematika), sedangkan demografi social mempelajari aplikasi demografi dalam kehidupan social. Oleh karena itu demografi didefinisikan sebagai ilmu social yang mempelajari perubahan – perubahan dimensi kependudukan dari suatu masyarakat. Di Indonesia perkembangan demografi memiliki hubungan dengan disiplin ilmu ekonomi dan geografi social.Karena pada dua ilmu ini penduduk menempati posisi sentral dan dipertimbangkan dampaknya terhadap perubahan ekonomi atau geografi social, atau sebaliknya.Dalam tahap selanjutnys, terutama dalam disiplin ilmu – ilmu social penduduk sebagai “sumber daya manusia”telah menjadi focus pengkajian penting.
Perspektif SDM dalam Era Pembangunan Soeharto Orde Baru memiliki dua arti yaitu : (1) Sebuah cara pandang yang menempatkan SDM sebagai focus dalam analisis social dan, (2) Sebuah strategi pembangunan atau pengembangan masyarakat yang menempatkan SDM sebagai priorotas dalam proses pembangunan dan pengambangan masyarakat yang dilakukan. Jika pada arti yang pertama perspektif SDM merupakan bagian dari pisau analisis yang dimiliki oleh para analis akademis , pada arti yang kedua perspektif SDM merupakan bagian dari sebuah strategi yang dipilih oleh suatu lembaga tertentu dalm hal ini adalah lembaga Negara sehingga strategi yang dimaksudkan adalah strategi pembangunan nasional. Mencoba mengubah konsep human capital yang “individualistic” ke dalam konsep yang lebih social yaitu pembangunan di Negara berkembang tidaklah mudah, termasuk Indonesia yang sudah termasuki banyaknya konsep tentang manusia dari luar. Indonesia seperti Negara – Negara miskinlainnya di dunia ketiga yang selalu mejadi klien dari Negara yang kaya dan kuat. Meskipun dalam slogannya Indonesia menganut politik luar negeri “bebas aktif”, tetapi ari sejarahnyapun dan dalam kenyataannya Indonesia selalu tertarik oleh kekuatan – kekuatan besar dalam kurun waktu yang relative lama, terpolarisi dalam blok barat yang kapitalis dan blok timur yang sosialis.
Tahun 1965 merupakan turning point dalam sejarah Indonesia karena sejak itu Indonesia telah memilih untuk berkiblat ke Negara barat.Secara perlahan pengaruh budaya dan pemikiran barat mulai merembes masuk ke Indonesia. Dominasi modernisasi yang menganggap bahwa masyarakat – masyarakat “tradisional”secara perlahan akan berubah dengan dikembangkannya strategi pembangunan ekonomi menjadi masyarakat modern , merupakan lahan subur bagi diterapkannya teori human capital yang percaya bahwa perubahan masyarakat bisa dilakukan melalui berbagai pendekatan investasi in people terutama melaui pendidikan dan pelatihan. Melalui pendidikan dan pelatihan juga “etos kerja” dan “n Ach” bisa ditanamkan yang pada gilirannya akan menciptakan manusia yang memiliki “mentalitas pembangunan”.
Mereduksi manusia menjadi sumber daya manusia atau SDM dianggap sebagai sebuah proses dehumanisasi. Mengonseptualisasi manusia manjadi SDM dalam perspektif human capital berarti telah menampatkan manusia sebagai bagian dalam sebuah proses produksi, tidak berbeda dengan barang dan jasa, seperti kaum Marxist kemudian menilainya sebagai proses depersonalisasi yang nantinya akan melahirkan alienasi manusia terhadap barang yang diproduksinya sendiri.
Perspektif Sumber daya manusia dalam situasi transisi (pergantian kepemimpinan dari Soeharto ke Susilo Bambang Yudhoyono) dan future uncertainties Indonesia pasca adalah bagaiman tujuan akhir pembangunan manusia , yaitu human dignity dan human freedom bisa dijadikan paradigma baru dalam pengembangan Sumber Daya Manusia di Indonesia. Dalam sejarah perkembangan, pernah terkenal istilah people centred development sebagai bentuk perlawanan terhadap bentuk state centred development yang dapat dianggap sebagai upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia yang mengarusutamakan manusia pada posisi sentral dalam kehidupan sehari – hari. Sebuah perspektif pembangunan manusia yang secara genuine menempatkan manusia sebagai pusat dan bukan sekedar pelengkap pembangunan.

  1. Masalah – masalah yang selalu menhambat pertumbuhan dan perkembanagn di Indonesia adalah
    • Pendidikan Warga Miskin
Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi sebuah bangsa. Karena perkembangan dan kemajuan suatu bangsa dapat diukur melalui tingkat dan kualitas pendidikan serta tingkat kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).Saat ini, pendidikan di Indonesia sudah mengalami kemajuan. Indikasinya dapat dilihat bahwa telah ada program-program pemerintah yang berusaha untuk memajukan pendidikan di Indonesia.   Realitas sosial secara global menunjukkan bahwa dunia pendidikan di Indonesia adalah yang tertinggal bahkan dari negara-negara tetangga di rantau ASEAN sekalipun. Karena kenyataannya sampai saat ini pemerintah belum sanggup memenuhi anggaran pendidikan 20 persen di luar gaji guru dan pendidikan kedinasan. Akibatnya, realitas dunia pendidikan kita pun belum mampu bersaing dalam tataran globalisasi.Dunia pendidikan kita masih belum bisa menjawab tantangan kemajuan zaman. Kondisi pendidikan Indonesia juga sudah jauh tertinggal dari negara-negara tetangga sesama ASEAN. Berdasarkan laporan UNDP, indeks pembangunan manusia (IPM) tahun 2007 menempatkan Indonesia berada pada urutan ke-108 dari 177 negara.Penilaian yang dilakukan oleh lembaga kependudukan dunia (UNDP) ini menempatkan Indonesia pada posisi yang jauh lebih rendah dari Malaysia, Filipina, Vietnam, Kamboja, bahkan Laos. Kondisi tersebut justru berbanding terbalik dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar.
Sampai saat ini dunia pendidikan kita juga masih dihadapkan pada tantangan besar untuk mencerdaskan anak bangsa, terutama adalah meningkatkan akses, pemerataan, dan kualitas pelayanan pendidikan, terutama pada jenjang pendidikan dasar. Meskipun hampir seluruh anak usia 7-12 tahun sudah bersekolah, masih terdapat sebagian anak yang tidak bersekolah, terutama karena alasan ekonomi atau tinggal di daerah terpencil yang belum terjangkau oleh layanan pendidikan.Demikian pula dengan anak usia 13-15 tahun yang seharusnya dapat mengenyam pendidikan paling tidak sampai dengan pendidikan dasar, sebagian tidak dapat bersekolah. Pada saat yang sama kesenjangan partisipasi pendidikan juga masih terjadi, terutama antara penduduk miskin dan penduduk kaya.  
            Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun hanya bagus di kertas tapi bermasalah dalam implementasi. Meskipun pemerintah telah menyediakan bantuan operasional sekolah (BOS) untuk jenjang pendidikan dasar, namun masih ditemukan adanya beberapa sekolah yang masih menarik berbagai iuran sehingga memberatkan orang tua, terutama bagi keluarga miskin.Kesenjangan partisipasi pendidikan tersebut terlihat makin mencolok pada jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Tertinggalnya pembangunan pendidikan di Indonesia akan membawa dampak buruk bagi masa depan anak-anak Indonesia sehingga angka pengangguran dan kemiskinan semakin bertambah.
            Rendahnya perhatian negara terhadap sektor pendidikan sebagai sektor yang harus diperhatikan secara serius berdampak pada kebobrokan dunia pendidikan dengan maraknya praktik komersialisasi dan kapitalisasi dunia pendidikan. Pendidikan menjadi barang mahal sehingga anak-anak bangsa yang miskin dan tidak mampu akan terlempar dari dunia pendidikan. Pendidikan hanya mampu dinikmati oleh orang-orang kaya yang berpunya. Orang yang punya uang, mereka bebas menikmati kualitas pendidikan yang baik. Jika miskin maka harus pasrah dengan kualitas pendidikan yang seadanya, tidak bermutu dan menyedihkan. Padahal, pendidikan berkualitas dan bermutu mestinya harus sudah bisa dinikmati oleh seluruh anak bangsa negeri ini. Pendidikan berkualitas merupakan aset negeri untuk mencetak SDM unggul di masa depan.Pendidikan berkualitas memang membutuhkan anggaran besar. Namun, bukan berarti hal itu dibebankan kepada masyarakat. Kewajiban pemerintahlah yang seharusnya menjamin pendidikan setiap rakyatnya, baik kaya ataupun miskin dengan akses yang mudah untuk pendidikan yang bermutu. Pendidikan akhirnya terjebak dalam telikungan kapitalisme, bukan lagi kepentingan kemanusiaan sebagaimana misi sejatinya. Kapitalisasi pendidikan jelas sangat merugikan rakyat kecil yang selama ini tidak mendapat hak pendidikan dari negara secara adil dan merata. Pendekatan paradigma kapitalisasi pendidikan senantiasa mengejar keuntungan individu dengan mengorbankan hak-hak kolektif bahkan masyarakat secara luas.
      Untuk mewujudkan pendidikan yang murah bagi kalangan miskin, ada beberapa langkah kongkrit dan strategis yang bisa diambil.
  1. Janganlah kemiskinan dijadikan penyebab terhambatnya anak bangsa untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan yang bermutu harus bisa diakses dan dinikmati oleh segenap komponen anak bangsa secara adil dan merata. Dan, negara harus menanggung sepenuhnya segala biaya pendidikan mereka. Mereka harus dibebaskan dari beban biaya pendidikan.
  2. Guru atau profesi guru adalah profesi khusus. Profesi guru tidak sama dengan pegawai negeri lain. Tugasnya terikat pada waktu dan tempat. Karena itu, penggajian pada guru harus berbeda dari pegawai negeri lainnya, agar mereka dapat bekerja dengan tenang dan tidak perlu memikirkan untuk pungutan-pungutan yang tidak sah.
  3. Dengan program pendidikan murah dan berkualitas bagi masyarakat, termasuk bisa dinikmati masyarakat miskin, maka hak asasi sosial ekonomi-budaya bisa dipenuhi. Negara pun bisa mewujudkan program MDGs (millennium development goals) untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat, sekaligus memenuhi tujuan negara sesuai Pembukaan UUD 45 alinea keempat.
Analisis pembiayaan pendidikan berbasis subsidi silang. Artinya, pihak-pihak yang memang mampu (perusahaan, masyarakat, orangtua, dan lainnya) layaklah diminta untuk memberikan kontribusi besar/banyak ke pendidikan, sementara mereka yang tidak mampu harus disubsidi dari uang kontribusi mereka yang mampu. Dengan kata lain, dunia pendidikan kita harus semakin adil demi peningkatan mutu, adil di mata pemerintah, sekolah, dan masyarakat.
·         Masalah kenakalan remaja
Dalam kehidupan para remaja sering kali diselingi hal hal yang negative dalam rangka penyesuaian dengan lingkungan sekitar baik lingkungan dengan teman temannya di sekolah maupun lingkungan pada saat dia di rumah. Hal hal tersebut dapat berbentuk positif hingga negative yang serng kita sebut dengan kenakalan remaja. Kenakalan remaja itu sendiri merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma baik norma hukum maupun norma sosial. Sedangkan Pengertian kenakalan remaja Menurut Paul Moedikdo,SH adalah :
  1. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.
  2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
  3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
Adapun gejala-gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah
kepada kenakalan remaja :
  1. Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak tersebut menyendiri. Anak yang demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi.
  2. Anak-anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau di sekolah. Menghindarkan diri dari tanggung jawab biasanya karena anak tidak menyukai pekerjaan yang ditugaskan pada mereka sehingga mereka menjauhkan diri dari padanya dan mencari kesibukan-kesibukan lain yang tidak terbimbing.
  3. Anak-anak yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalami masalah yang oleh dia sendiri tidak sanggup mencari permasalahannya. Anak seperti ini sering terbawa kepada kegoncangan emosi.
  4. Anak-anak yang mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batas yang berbeda dengan ketakutan anal-anak normal.
  5. Anak-anak yang suka berbohong.
  6. Anak-anak yang suka menyakiti atau mengganggu teman-temannya di sekolah atau di rumah.
  7. Anak-anak yang menyangka bahwa semua guru mereka bersikap tidak baik terhadap mereka dan sengaja menghambat mereka.
  8. Anak-anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian.
            Dengan sedikit pengertian kenalan remaja diatas membuat kita akan lebih mengerti akan sikap dan perilaku remaja kita apakah baik baik saja ataukah sudah mengarah pada suatu kenakalan remaja.
·         Masalah Rendahnya daya saing SDM Indonesia dalam pasar internasional
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menciptakan struktur baru, yaitu struktur global. Struktur tersebut akan mengakibatkan semua bangsa di dunia termasuk Indonesia, mau tidak mau akan terlibat dalam suatu tatanan global yang seragam, pola hubungan dan pergaulan yang seragam khususnya dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Aspek Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin pesat terutama teknologi komunikasi dan transportasi, menyebabkan issu-issu global tersebut menjadi semakin cepat menyebar dan menerpa pada berbagai tatanan, baik tatanan politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan keamanan. Dengan kata lain globalisasi yang ditunjang dengan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi telah menjadikan dunia menjadi transparan tanpa mengenal batas-batas negara. Dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, masyarakat dunia khususnya masyarakat Indonesia terus berubah sejalan dengan perkembangan teknologi, dari masyarakat pertanian ke masyarakat industri dan berlanjut ke masyarakat pasca industri yang serba teknologis. Pencapaian tujuan dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan cenderung akan semakin ditentukan oleh penguasaan teknologi dan informasi, walaupun kualitas sumber daya manusia (SDM) masih tetap yang utama.
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam persaingan global, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini kita abaikan. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Dalam globalisasi yang menyangkut hubungan intraregional dan internasional akan terjadi persaingan antarnegara. Indonesia dalam kancah persaingan global menurut World Competitiveness Report menempati urutan ke-45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura (8), Malaysia (34), Cina (35), Filipina (38), dan Thailand (40).
Rendahnya SDM Indonesia diakibatkan kurangnya penguasaan IPTEK, karena sikap mental dan penguasaan IPTEK yang dapat menjadi subyek atau pelaku pembangunan yang handal. Dalam kerangka globalisasi, penyiapan pendidikan perlu juga disinergikan dengan tuntutan kompetisi. Oleh karena itu dimensi daya saing dalam SDM semakin menjadi faktor penting sehingga upaya memacu kualitas SDM melalui pendidikan merupakan tuntutan yang harus dikedepankan.Salah satu problem struktural yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah bahwa pendidikan merupakan subordinasi dari pembangunan ekonomi. Pada era sebelum reformasi pembangunan dengan pendekatan fisik begitu dominan. Hal ini sejalan dengan kuatnya orientasi pertumbuhan ekonomi.
 Pengaruh IPTEK terhadap peningkatan SDM Indonesia khususnya dalam persaingan global dewasa ini meliputi berbagai aspek dan merubah segenap tatanan masyarakat. Aspek-aspek yang dipengaruhi, adalah sebagai berikut :
1. Dampak yang ditimbulkan oleh teknologi dalam era globalisasi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, sangat luas. Teknologi ini dapat menghilangkan batas geografis pada tingkat negara maupun dunia.
2. Aspek Ekonomi.
Dengan adanya IPTEK, maka SDM Indonesia akan semakin meningkat dengan pengetahuan-pengetahuan dari teknologi tersebut. Dengan kemajuan SDM ini, tentunya secara tidak langsung akan mempengaruhi peningkatan ekonomi di Indonesia. Berkaitan dengan pasar global dwasa ini, tidaklah mungkin jika suatu negara dengan tingkat SDM rendah dapat bersaing, untuk itulah penguasaan IPTEK sangat penting sekali untuk dikuasai.Selain itu, tidak dipungkiri globalisasi telah menimbulkan pergeseran nilai dalam kehidupan masyarakat di masa kini akibat pengaruh negatif dari globalisasi.
3.Aspek Sosial Budaya.

Globalisasi juga menyentuh pada hal-hal yang mendasar pada kehidupan manusia, antara lain adalah masalah Hak Asasi Manusia (HAM), melestarikan lingkungan hidup serta berbagai hal yang menjanjikan kemudahan hidup yang lebih nyaman, efisien dan security pribadi yang menjangkau masa depan, karena didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dampak yang timbul diakibatkannya ikatan-ikatan tradisional yang kaku, atau dianggap tidak atau kurang logis dan membosankan. Akibat nyata yang timbul adalah timbulnya fenomena-fenomena paradoksal yang muaranya cenderung dapat menggeser paham kebangsaan/nasionalisme. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya tanggapan masyarakat atas kasus-kasus yang terjadi dinilai dengan didasarkan norma-norma kemanusiaan atau norma-norma sosial yang berlaku secara umum (Universal internasional).

















Kamis, 26 Mei 2011

Makalah : Kawasan Dalam Teknologi Pendidikan

      Teknologi Pendidikan
Kawasan Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian 
A.Latar Belakang
          Teknologi Penididikan merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang metode, desain pambelajaran hingga system dan teori belajar yang mampu memudahkan siswa dalam memahami, mengolah dan menerapkan ilmunya dalam kehidupan sehari – hari. Selain itu juga dapat mengubah minat belajar siswa menjadi lebih baik. Karena teknologi pendidikan itu sendiri mempunyai tujuan untuk memacu(merancang) dan memicu (menumbuhkan) belajar.
          Teknologi modern dalam bidang komunikasi dengan produk yang berupa perlatan elektronik dan bahan (software) yang disajikannya telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia termasuk pendidikan. Bahkan Eric Ashby(1972,halaman 9) berpendapat bahwa produk elektronik itu telah menimbulkan revolusi keempat dalam bidang pendidikan. Revolusi pertama terjadi pada waktu masyarakat memberikan wewenang pendidiakn kepada orang tertentu hingga timbul “profesi guru”.Revolusi ini mengakibatkan pergeseran dari pendidikan di rumah oleh orang tua sendiri , kea rah pendidikan secara formal di sekolah.Revolusi yang kedua terjadi dengna dipakainya bahasa tulisan di samping bahasa lisan dalam menyajikan pelajaran di sekolah. Revolusi yang ketiga terjadi dengan ditemukannya mesin cetak yang pada gilirannya menyebabkan banyaknya buku yang tersedia dan dipakai di sekolah. Revolusi yang keempat boleh dikatakan mulai berlangsung sejak empat puluh tahun yang lalu.
          Teknologi pendidikan tidak bisa dipandang dari aspek hardware atau softwarenya saja atau dari penjumlahan dari bagian atau komponen ,Karena pengertian teknologi sendiri merupakan suatu keseluruhan sistem untuk mengelola hasil hingga terdapat nilai tambah.Melainkan dapat diartikan sebagai cara sistematis dalam merancang, melaksanakan, dan menilai keseluruhan proses belajar mengajar dalam kaitannya dengaqn tujuan khusus yang telah ditetapkan semula. Cara itu didasarkan pada hasil penelitian proses belajar dan komunikasi ,serta memanfaatkan berbagai sumber belajar,baik yang berupa manusia maupun bukan untuk meningkatkan efektifitas belajar.
          Dalam teknologi pendidikan unsur intinya adalah “belajar dan “sumber – sumber” untuk   keperluan belajr itu. Namun kedua unsure inti ini belum menjamin adanya teknologi pendidikan. Masih diperlukan adanya unsure lain yaitu dipakainya “pendekatan sistem” dan adanya “pengelolaan” atas seluruh kegiatan. Dengan mengutamakan masalah “belajar”(dan bukan alatnya atau bahannya) maka dalam teknologi pendidikan yang menjadi titik utamanya adalah peserta didik. Pesrta didik supaya belajar perlu berinteraksi dengan sumber – sumber belajar. Proses interaksi ini perlu dikembangkan secara sistematik,disamping sumber itu sendiri perlu dikembangkan secara sistematik serta dikelola dengan baik.Sehingga definisi dari teknologi pendidikan merupakan proses dan sumber dengan desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian yang terstruktur dan bersistematik.Definisi ini mencerminkan evolusi dalam suatu bidang kajian dan profesi dan bahwa kontribusi bidang kajian ini berupa teori dan praktek. Definsi tersebut juga dirumuskan berlandaskan lima bidang garapan teknologi pendidikan.Dalam makalah ini hanya akan dibahas tiga garapan terakhir yaitu pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian.        
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan dari kawasan pemanfaatan serta sub kawasan pemanfaatan?
2. Bagaimana penjelasan dari kawasan pengelolaan serta sub kawasan pengelolaan?
3. Bagaimana penjelasan kawasan penilaian serta sub kawasan penilaian?
C. Tujuan
1. Untuk lebih mengetahui dan memahami  tentang kawasan pemanfaatan dan sub kawasannya.
2. Untuk mengetahui penjelasan dari kawasan pengelolaan dan sub kawasannya .
3. Untuk mengetahui penjelasan dari kawasan penilaian dan sub kawasannya.
D. Manfaat
1. Menjadi referensi dalam penyusunan makalah yang membahas tentang kwasan pemanfaatan.
2. Memudahkan dalam memahami kawasan pengelolaan dalam teknologi pendidikan
3. Menjadi salah satu referensi sumber dalam penilaian metode belajar dan pembelajaran.


   BAB II
PEMBAHASAN
    Teknologi pendidikan merupakan teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian sumber dan proses untuk belajar. Sehingga dapat dibagi dalam 6 kawasan yang berhubungan erat satu sama lainnya.Dan setiap kawasan mempunyai sub kategorinya masing – masing. Dalam bab ini hanya akan dibahas lebih dalam tentang  kawasan pemanfaatan , pengelolaan dan penilaian.






1.Kawasan Pemanfaatan
         Pemanfaatan mungkin merupakan kawasan teknologi pendidikan tertua di antara kawsan – kawasan yang lain,karena penggunaan bahan audiovisual secara teratur mendahului meluasnya perhatian terhadap desain produksi media pembelajaran yang sistematis. Kawasan pemanfaatan berasal dari gerakan pendidikan visual yang tumbuh subur selama decade terakhir ini. Pemilihan media merupakan salah satu langkah dalam desain system pembelajaran. Pemilihan media ini begitu dekat dengan Pemanfaatan sehingga menyebabakan terjadinya tumpangtinduh antara kawasan desain dan pemanfaatan. Bila pemilihan media dilakukan melalui proses desain yang sistematis ini termasuk tugas desain.Sebaliknya bila menurut isi materi atau karakteristik media yang menggunakan proses desain yang lebih sederhana ini masuk tugas pemanfaatan.
          Model dan teori dalam kawasan pemanfaatan cenderung terpusat pada perspektif pengguna.Tetapi dengan diperkenalkannya konsep divusi inovasi yang mengacu pada komunikasi dan melibatkan pengguna dalam mempermudah proses adopsi suatu gagasan, perhatian kemudian berpaling ke perspektif penyelenggara .Dalam pemanfaatan bergantung pada upaya membangkitkan kesadaran, keinginan, mencoba dan mengadopsi inovasi.
          Pemanfaatan merupakan aktifitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar.Orang yang terlibat dalam pemnfaatan bertanggungjawab untuk mencocokkan pebelajar dengan bahan ajar dan aktifitas belajar yang lebih spesifik, menyiapkan pebelajar agar dapat berinterksi dengan bahan dan proses belajar yang dipilih, memberikan bimbingan selama kegiatan, memberikan penilaian atas hasil yang dicapai pebelajar serta memasukkannya kedalam prosedur organisasi yang berkelanjutan.
           Dengan demikian pemanfaatan menuntut adanya penggunaan,deseminasi,difusi,implementasi dan pelembagaan yang sistematis.
          Empat kategori dalam kawasan pemanfatan adalah:
  a. Pemanfaatan Media
            Merupakan penggunaan yang sistematis dari sumber untuk belajar.Proses pemanfaatan media merupakan proses pengambilan keputusan berdasarkan pada spesifikasi desain pembelajaran.Prinsip pemanfaatan juga dikaitkan dengan karakteristik pebelajar
  b. Divusi Inovasi
          Proses berkomunikasi melalui strategi yang terencana dengan tujuan untuk diadopsi. Tujuan utamanya adalah mencapi perubahan. Tahap pertama dalam proses ini adalah membangkitkan kesadaran melalui desiminasi informasi.Meliputi kesadaran,minat,percobaaan, dan adopsi. Langkah divusinya meliputi pengetahuan , persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi.
  c. Implementasidan pelembagaan
          Implementasi adalah Penggunaan bahan dan strategi  pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya.Pelembagaan adalah penggunaan yang rutin dan pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya organisasi.Tujuannya adalah menjamin penggunaan yang benar oleh individu dalam organisasi dan untuk mengintegrasikan inovasi dalam struktur dan organisasi
  d. Kebijakan dan Regulasi
           Kebijakan dan regilasi adalah aturan dan tindakan dari masyarakat yang mempengaruhi difusi atau penyebaran dan penggunaan teknologi pendidikan.Dari bidang ini telah menyumbang penentuan kebijakan tentang televise pembelajaran dan televise masyarakat,hokum hak cipta, standar peralatan dan program serta pembentukan unit administrasi yang mendukung teknologi pendidikan.

2. Kawasan Pengelolaan
          Konsep  pengellolaan merupakan bagian integral dalam bidang Teknologi Pendidikan dan dari peran kebanyakan teknolog pendidikan. Secara perorangan tiap ahli dituntut untuk dapat memberiakan pelayanan pengelolaan dalam berbagi latar.Mungkin terlibat dalam usaha pengelolaan proyek pembelajaran dan pengelolaan pusat media sekolah.Tujuan yang  sesungguhnya dari pengelolaan sangat bervariasinamun keterampilan dalam mengelola relative sama.Sebagi contoh, orang yang bertugas sebagai ahli media dalam sebuah sekolah dasar bertanggungjawab atas keseluruhan program pusat media tersebut. Program yang dilakukan oleh emreka dapat berbeda tapi ketrampilan dasar dalam mengolah program tersebut tetap sama.
          Ketrampilan yang dimaksud dapat berupa pengorganisasian program, supervise personil, perencanaan, pengadministrasian dana dan fasilitas serta pelaksanaan perubahan.Kawasan pengelolaan semula berasal dari administrasi pusat media dan pelayanan media.Dengan semakin rumitnya praktek pengelolaan dalam bidang ini sehingga memunculkan penggunaan teori pengelolaan proyek khususnya dalam proyek desain pembelajaran,karena semakin diperlukan dalam praktek pengelolaan.Dalam perkembangan tekniknya pun memerlukan cara pengelolaan yang baru pula.Keberhasilan sistem belajar jarak jauh tergantung pengelolaannya,karena lokasinya ynag menyebar.Dengan lahirnya teknologi baru, dimungkinkan tersedianya cara baru untuk mendapatkan informasi.Akibatnya pengetahuan tentang informasi menjadi sangat potensial.Pengelolaan meliputi pengendalian teknologi pendidikan dengan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervise.
          Empat kategori dalam kawasan pengelolaan:    
  a). Pengelolaan Proyek
          Pengelolaan proyek meliputi perencanaan, monitoring, dan pengendalian proyek desain dan pengembangan.Para pengelola proyek mempunyai merencanakan, menjadwalkan dan mengendalikan fungsi desain pembelajaran atau yang lainya. Mereka harus melakukan negosiasi,menyusun anggaran, membentuk system pemantauan informasi serta menilai kemajuan.
  b). Pengelolaan Sumber
 Pengelolaan Sumber mencakup perencanaan, pemantauan dan pengendalian sistem pendukung dan pelayanan sumber.Pengelolaan sumber sangat penting artinya karena mengatur pengendalian akses. Pengertian sumber dapat mencakup personil, keuangan, bahan baku, waktu, fasilitas, dan sumber pembelajaran. Sumber pembelajaran mencakup semua teknologi yang telah dijelaskan pada kawasan pengembangan. Efektifitas biaya justifikasi belajar yang efektif merupakan dua karakteristik penting dalam pengelolaan sumber.
c). Pengelolaan Sistem Penyampaian
          Pengelolaan sistem penyampaian meliputi perencanaan, pemantauan dan pengendalian “cara bagaimana distribusi bahan pembelajaran diorganisasikan…Hal tersebut merupakan suatu gabungan medium dan cara penggunaan yang dipakai dalam menyajikan informasi pembelajaran kepada pebelajar”(Ellington dan Harris, 1986:47). Pengelolaan sistem penyampaian ini memberikan perhatian pada permasalahan perangkat keras /lunak dan dukungan teknis terhadap pengguna maupun operator.Selain itu juga masalah proses seperti pedoman bagi instructor.Dari sekian banyak pertimbangan ini baru diambil satu keputusan yang berpedoman pada kesesuaian kerakteristik teknologi dengan tujuan pembelajara.Terkadang keputusan ini juga bergantung pada sistem pengelolaan sumber.
d). Pengelolaan Informasi
          Meliputi perencanaan, pemantauan, dan pengendalian cara penyimpanan, pengiriman/pemindahan atau pemrosesan informasi dalam  rangka tersedianya sumber untuk kegiatan belajar. Teknologi yang dijelaskan pada kawasan pengembangan merupakan metode penyimpanan dan penyampaian. Pentingnya pengelolaan informasi terletak pada potensinya untuk mengadakan revolusi kurikulum dan aplikasi desain pembelajaran.

3.Kawasan Penilaian
           Penilaian adalah proses penentuan memadai tidaknya pembalajaran dan belajar.Penilaian mulai dari analisis masalah. Ini merupakan langkah awal yang penting dalam pengembangan dan penilaian pembelajaran, karena tujuan dan hambatan dijelaskan pada langkah ini.Penelitian juga merupakan penentuan nilai dari suatu barang. Dalam pendidikan hal itu berarti penentuan secara formal mengenai kualitas, efektivitas , atau niali dari suatu program, produk, proyek, proses, tujuan atau kurikulum.Penelitian menggunakan metode inkuiri dan pertimbangna, termasuk:(1) penentuan standar untuk mempertimbangan kualitas dan menentukan apakah standar tersebut harus bersifat relative atau absolute; (2) pengumpulan informasi; (3) menerapkan penggunaan standar untuk menentukan kualitas(h.22-23)
          Suatu cara yang penting untuk membedakan penilaian ialah dengan mengklasifikasikannya menurut obyek yang sedang dinilai.Sehingga terdapat tiga jenis penilaian yaitu:
·   Penilaian Program merupakan evaluasi yang menaksir kegiatan pendidiakn yang memberikan pelayanan secara berkesinambungan dan sering terlibat dalam penyusunan kurikulum.
·   Penilaian Proyek merupakan evaluasi untuk menaksir kegiatan yang dibiayai secra khusus guna melakukan tugas tertentu dalm kurun waktu .
·   Penilaian Bahan (produk pembelajaran) merupakan evaluasi yang menaksir kebaikan atau manfaat isi yang menyangkut benda – benda fisik, termasuk buku, pedoman kurikulum, film, pita rekaman dan produk pembelajaran lainnya yang dapat dipegang.(h.13)
      Dalam kawasan penilaian terdapat empat sub kawasan yaitu:
      a). Analisis Masalah
            Analisis Masalah mencakup cara penentuan sifat dan parameter masalah dengan menggunakan srategi pengumpulan informasi dan pengambilan keputusan.Sehinnga kegiatan penilaian meliputi identifikasi kebutuhan, penentuan sejauh mana maslahnya dapat diklasifikasikan sebagai pembelajaran, identifikasi hambatan, sumber dan karakteristik pembelajaran serta penentuan tujuan dan prioritas.(seels and Glasgow,1990).Analisis kebutuhan diadakan bukan untuk melaksanakan penilaian yang lebih dapat dipertahankan saat proyek berjalan, melainkan untuk perencanaan program yang lebih memadai.
      b) Pengukuran Acuan Patokan
            Pengukuran ini meliputiteknik – teknik untuk menentukan kemampuan pebelajar menguasai materi yang telah ditentukan sebelumnya.PAP memberikan informasi tentang penguasaan seseorang mengenai pengetahuan, sikap, atau ketrampilan yang berkaitan dengan tujuan. Keberhasilan dalam tes acuan patokan berarti dapat melaksanakan kamampuan tertentu.
      c) Penilaian Formatif dan Sumatif
            Penilaian Formatif berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan dan penggunaan informasi ini sebagai dasar pengembangan selanjutnya.Sedangakan penilaian sumatif berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan untuk pengambilan keputusan dalam hal pemanfaatan.
            Metode yang digunakan dalam penilaian formatif berbeda dengan penilaian sumatif. Penilaian formatif mengandalkan pada kajian teknis dan tutorial, uji coba dalam kelompok kecil atau kelompok besar.Metode pengumpulan data bersifat informal seperti observasi, wawancara, dan tes ringkas.Sebaliknya, penilaian sumatif memerlukan prosedur dan metode pengumpulan data yang lebih formal. Penilaian sumatif sering menggunakan studi kelompok komparatif dalam desain kuasi eksperimental.
      Peneliti yang lain menguji kembali teknik pengukuran acuan petokan. Sebagai contoh, Baker dan O’Neil (1985) mempelajari secara mendalam permasalahan penilaian hasil pembelajaran termasuk arah baru untuk pengukuran acuan patokan. Mereka menyajikan model untuk diterapkan pada tbaru. Model mereka tersebut memperhitungkan tujuan, intervensi, konteks, dasar informasi dan alur balikan.
      Bidang-bidang lain yang penting untuk diperhatikan ialah pengukuran untuk tujuan kognituf tingkatan tinggi, tujuan afektif dan tujuan psikomotor. Penelitian tentang acuan-patokan yang berazaskan computer akan merangsang kawasan ini. Demikian juga halnya dengan pengukuran kualitatif, serta portopolio dan soal – soal pengukuran yang lebih realistisseperti studi kasus dan penilaian presentasi rekaman pita. Ilmu pengetahuan kognitif akan tetap mempengaruhi kawasan ini dalam pengertian pendekatan yang lebih baru untuk cara mendiagnosis)Tennyson, 1990)
      Akhir – akhir ini banyak diusahakan proyek belajar jarak jauh.Penting diingat bahwa evaluasi belajar jarak jauh mencakup banyak aspek,yaitu ketenagaan, fasilitas, peralatan, bahan, pemrogaman,(Clark,1989;Morehouse, 1987). Reeves(1992)menyarankan eksperimentasi formatif dengan menggunakan pendekatan coba-coba skala kecil untuk mempelajari suatu variable dalam konteks kehidupan yang sesungguhnya.Tessmer(1993) mengusulkan suatu model penilaain formatif yang mengakomodasi suatu pendekatan “kebutuhan berlapis”. Pendekatan ini memperhatikan sumber dan hambatan setiap projek, dan berusaha menghindari perencanaan lapisan – lapisan penilaianformatif yang berlajur – lajur dengan tidak dapat diselesaikan dalam sebuah projek.
     
      Kelima kawasan Teknologi Pendidikan menunjukan keragaman dalam bidang.Disamping itu, kawasan – kawasan itu sendiri merupakan kesatuan yang kompleks .Pekerjaan dan tugas para teknolog pendidikan adalah membuat definisi yang lebih rinci dan sempit dari sub kategori maupun cakupan yang ada didalamnya.
   
BAB III
 PENUTUP
A.Kesimpulan
Teknologi Pendidikan adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan,
pengelolaan dan penilaian proses dan sumber untuk belajar. Teknologi baru telah menimbulkan masalah baru dalam setiap kawasan dalam Teknologi Pendidikan.Seperti yang telah kita ketahui bahwa Teknologi Pembelajaran berkembang secara evolutif dan perkembangannya dipengaruhi oleh praktek – praktek dan produk yang dihasilkan tersebut. Produk yang dihasilkan masih seputar media pembelajaran dan akan dikembangkan berdasarkan kebutuhan pendidikan di Indonesia saat ini dan yang akan datang. Sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

B.Saran
          Untuk lebih mendalami tentang teknologi pendidikan dari segi  teori dan prakteknya diperlukan kajian mendalam dan  studi lapangan tentang kasus – kasus pendidikan yang menghambat perkembangan pendidikan disekitar kita.Sehingga dapat menghasilkan ilmu yang bermanfaat untuk semua kalangan, baik dari jajaran pemerintahan sampai ke masyarakat kurang mampu yang tidak bisa menyekolahkan anaknya. Mempelajari masalah pendidikan memanglah tidak mudah.Tetapi jika dimulai dengan melihat,membaca,menerapkan dan berdiskusi mungkin dapat sedikit melemahkan ketidakmengertian kita mengenai masalah yang sedang kita coba selesaikan.


           










Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites